Diberdayakan oleh Blogger.

Ibu Rumah Tangga

Kali ini saya ingin membahas sedikit tentang sosok Ibu Rumah Tangga.. Saat ini, tidak sedikit ibu rumah tangga yang merasa minder dan rendah diri, apabila mencantumkan pekerjaannya di KTP sebagai Ibu rumah tangga.
Padahal banyak wanita setelah direkrut menjadi pegawai negeri, atau bekerja di pabrik-pabrik dan kantoran, mendapatkan gaji sebagai imbalannya, akan tetapi hal itu harus mereka bayar mahal, yaitu dengan rontoknya rumah tangga mereka.
Dari hasil survey disimpulkan, sesungguhnya wanita saat ini sangat keletihan dan 65% dari mereka lebih mengutamakan untuk kembali ke rumah mereka. Saya sering menangani persoalan rumah tangga yang timbul karena sang ibu bekerja kantoran dan sibuk, begitu pula ayahnya.
Anaknya tidak terkendali dan menjadi anak anak nakal, ujung ujungnya penguruslah yang jadi sasaran kesalahan, mubalighnya disalahkan, Pembina Generusnya sich gak becus, semua ditunjuk, padahal masalahnya karena ortunya kurang waktu untuk anaknya. Kalau sudah begini saya menyarankan ibunya untuk mengalah dan lebih banyak di rumah untuk lebih dekat dan bisa mengontrol anak anaknya… Banyak wanita yang mulai mencoba memulai karirnya sebagai ibu rumah tangga, bahkan ada wanita yang biasa bekerja di kantoran, untuk menyemangati dirinya ada yang sampai menerapkan apa yang biasa dikerjakan di kantor dengan pekerjaaan di rumah.
Pada waktu pagi hari dia membuat catatan yang harus dikerjakan hari ini yaitu: Membuat purchase order, meeting supplier, incoming inspection… Dan beberapa jadwal lainnya. Rencana yang dibuat sesungguhnya adalah agenda biasa berupa jadwal harian rumah tangga.
Dia ibaratkan membuat daftar belanja kebutuhan sehari-hari dengan membuat purchase order; acara pergi ke pasar, supermarket, ataupun toserba dia istilahkan dengan meeting supplier; sedangkan incoming inspection adalah istilah untuk rapi-rapi rumah. Semua dia lakukan dengan tujuan agar lebih semangat dalam menjalani pekerjaan rumah.
Saya perhatikan ternyata menjadi ibu rumah tanggapun tidak semudah yang dibayangkan, Ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang tidak hanya membutuhkan perangkat kasar berupa tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya yang diperlukan untuk mencuci, menyetrika, bebenah rumah. Tetapi dibutuhkan pula perangkat lunak berupa kelihaian sang otak dalam mengatur keuangan, mengolah makanan, meredam emosi yang ada serta beberapa perangkat lunak lainnya yang berhubungan dengan naluri keibuan berupa kelembutan, kesabaran untuk mengayomi rumah tangga.
Terkadang ibu rumah tangga pun harus siap menjadi bodyguard dan satpam,(untuk anak dan suaminya nich..hehe), yang dapat mendeteksi keadaan rumah tangga agar selalu adem, ayem, tentrem. Ditambah dengan waktu kerja yang harus siap sedia selama 24 jam, seorang ibu rumah tangga memerlukan ketahanan jiwa dan fisik yang kuat.
Jika dalam perusahaan seorang wanita bisa mengambil cuti untuk beristirahat, tetapi tidak begitu dalam profesi ibu rumah tangga.tentu tidak bisa begitu saja pekerjaan di rumah ditinggalkan dengan alasan cuti, mengundurkan diri atau meminta pensiun dini karena capek ataupun tidak cocok dengan perkerjaan. Semua harus terus dijalani dengan ikhlas dan ridha untuk mendapat `gaji` berupa pahala tak terhingga dari Allah swt.
Juga `bonus` berupa surga jika patuh pada suami.Haruskah “beban” yang begitu berat masih digantungkan juga dengan harus mencari nafkah? Agama tidak melarang wanita bekerja, karena Siti Khadijah istri Rasulullah SAW adalah seorang pengusaha (entrepreneur), akan tetapi Islam menghendaki agar wanita melakukan pekerjaan/ karir yang tidak bertentangan dengan kodrat kewanitaannya, dapat menjaga kehormatan diri dan kemuliaannya.
Jadi kalau ada wanita iman yang berprofesi penuh sebagai ibu rumah tangga, janganlah malu bila ada yang menanyakan pekerjaannya. Jawablah dengan lantang dan kepala tegak ”Pekerjaan Saya adalah Ibu Rumah Tangga”.Karena inilah pekerjaan paling mulia di muka bumi.SELAMAT HARI IBU.
[h.ti]
Share on :
Ibu Rumah Tangga
Ibu Rumah Tangga
Reviewed by Unknown
Published :
Rating : 4.5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar