Puji syukur kehadirat Allohu Subhaanahu Wa Ta’alaa, Alloh Yang menciptakan hidup dan mati dengan maksud untuk melihat mana yang lebih bagus amalnya. Berkat nikmat sehat, waktu luang, serta hidayah-Nya, saya dapat menyusun dan menyelesaikan nasehat ini. Saya menulis nasehat ini berdasar kesadaran akan besarnya tanggung jawab yang saya pikul sebagai generus perjuangan Al-Qur'an- Al-Hadits-Al-Jama'ah. Nasehat ini tidak bermaksud untuk memojokkan, apalagi menjelekkan ajaran lain di luar LDII. Tidak juga untuk menggurui “Lain mamatahan ngojai ka meri” (bukan mengajari berenang anak itik)”. Ini merupakan kewajiban sesama kita selaku orang iman. Tetapi lebih pada keinginan saya untuk menanamkan pemikiran, pemahaman, dan keyakinan yang benar berdasarkan Al-Qur'an dan Al-Hadits serta Al-Jama'ah dengan metode manqul-musnad-mutashil yang bermanhaj salafush sholih ini kepada para ahlul jama'ah yang masih konsisten menetepi 5 Bab sebagai program ibadah. Niat baik untuk menulis nasehat ini muncul sehubungan adanya perbedaan pemahaman antara orang-orang jama'ah yang nota bene sebagai ahlul jama'ah yang bermanhaj salafush sholih dengan orang-orang yang murtad yang nota bene sebagai ahlul firqoh, yang menyebut kelompoknya dengan sebutan "SALAFI". Nasehat ini hanya ingin mengajak para pembaca untuk berpikir kritis dalam mengimani sebuah ajaran dan amalan. Tidak terlintas niat dan tujuan lain dari saya kecuali hanya mengharap ridho Allohu Subhaanahu Wa Ta’alaa.
Pembaca mungkin pernah mendengar ada orang jama'ah yang sekarang ini sudah keluar dari jama'ah mengatakan, bahwa “1. Lima BAB itu bid’ah. 2. Nasehat sesudah Maghrib itu bid’ah, 3. Infaq persenan itu bid’ah, 4. Nasehat sehabis Juma’atan itu bid’ah, 5. Nasehat penerobosan ibu-ibu itu maksiat, 6. Berdo’a sehabis khuthbah dengan mengangkat tangan itu bid’ah, 7. Meskipun tidak jama’ah kalau mengucapkan ‘Laa ilaaha illallooh’ bisa masuk surga. 8. Tujuh puluh dua golongan itu tidak kekal dalam neraka. 9. Sholat berma’mum dengan orang luar itu sholatnya sah. 10. Taubat yang biasa dikembangkan dan kita lakukan itu menyerupai Nasroni, tidak ada dalilnya dan tidak ada di zaman Rosululloh. 11. Hormat bendera adalah syirik. 12. Mengerek bendera itu maksiat. 13. Persinas ASAD maksiat. 14. Mendengarkan teks kalau diwajibkan maka hukumnya menjadi bid'ah. 15. Orang luar berhak mendapatkan warisan. 16. Menikahkan dengan Imam "ND" tidak ada dalilnya. Dan masih ada lagi, yaitu Keimaman H. Nurhasan itu tidak sah, karena tidak mengajak musyawaroh dengan NU dan Muhammadiyah, yang sah adalah SBY, Presiden.
Pembaca hendaknya tidak serta-merta menelan semua itu mentah-mentah sebelum membaca secara cermat nasehat-nasehat atau artikel-artikel yang akan saya tulis secara terus menerus secara bertahab. Pembaca hendaknya berpikir terhadap semua kejadian di atas berdasarkan argumen yang kuat, agar tidak menjadikan pembaca terpancing pada keadaan yang dapat memecah persatuan bangsa dan kerukunan umat beragama. Dapat saja pembaca tidak menyadari bahwa telah terhasut tulisan yang tidak mempunyai dasar yang dapat dipertanggungjawabkan. Tapi, jika isi dari keseluruhan nasehat dan artikel-artikel yang saya tulis semua sudah rampung dibaca, maka silahkan Anda simpulkan sendiri! Kami hanya ingin mengajak kepada saudara-saudara kami yang masih setia tetap menetepi Al-Qur'an dan Al-Hadits serta Al-Jama'ah dengan metode manqul-musnad-mutashil yang bermanhaj salafush sholih dengan program ibadah 5 Bab karena Alloh ini, agar tidak menabur keburukan, sebab “Siapa yang menabur angin, dialah yang akan menuai badai”. Ibarat pepatah “Menepuk air, terpercik wajah sendiri”. Peristiwa tragis keluarnya Bapak H. Mauluddin alias mbah Mudin, dari Al-Jama'ah ini, kita jadikan cambuk untuk benahi diri. Ingatlah firman Allohu Subhaanahu Wa Ta’alaa dalam Al-Qur’an Surat Al-Buruuj No. Surat: 85 ayat: 10 berikut ini :
Yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang memfitnah orang-orang iman laki-laki dan orang-orang iman perempuan, kemudian mereka tidak bertaubat maka mereka mendapat siksa jahannam dan memperoleh siksa yang membakar”.
Selain itu, kita (mungkin) terkejut, karena ada sebagian muballigh’ secara diam-diam dalam memberikan penjelasan tentang ajaran dan amalan beribadah kepada jama'ah telah memberikan argumen menggunakan kitab karangan sebagai referensi pembenarannya dan tidak manqul. Ini, adalah sebuah kenyataan yang sangat memprihatinkan.
Jadi dalam beramal, kita seharusnya senantiasa berdasar pada Al-Qur’an dan Al Hadits yang sudah manqul. Bukan sebaliknya, malah mengamalkan kitab-kitab hadits yang belum dimanqulkan di dalam jama'ah dan meninggalkan kitab-kitab hadits yang sudah dimanqulkan di dalam jama'ah. Hal inilah yang sering menimbulkan khilafiyah (perselisihan) yang bersifat salah kaprah. Prilaku muballigh yang seperti ini ni…., yang membuat jama'ah resah. Fakta inilah salah satu alasan penulisan nasehat saya ini.
Bantahan Al-Qur’an dan Al-Hadits yang kami cantumkan di dalam nasehat dan artikel-artikel yang saya sertakan ini menjadi sebuah pukulan keras terhadap pemikiran, keyakinan dan pemahaman bagi mereka yang kini telah murtad dari Al-Jama'ah, yang mengacu pada kitab-kitab hadits yang belum pernah dimanqulkan sebelumnya. Yang menganggap keimaman KH. Nurhasan Al-Ubaidah tidak sah. Sebagai salah satu “Oknum Jama'ah” dengan ajaran yang menyesatkan. Sebenarnya isu-isu negatif tersebut muncul dari seorang mantan jama'ah yang mencuat kepermukaan sepeninggal KH. Sueh Abdul Dhzohir (Imam kedua setelah Imam KH. Nurhasan Al-Ubaidah). Beliau adalah orang yang sebenarnya sakit hati, membenci serta memusuhi ajaran KH. Nur Hasan Al-Ubaidah yang bersumber pada kitab aslinya umat Islam yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits yang berbentuk Al-Jama'ah. Beliau adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam membangun konsep isu-isu negatif yang diimani oleh para pengagumnya dan penganutnya saat ini dari kalangan muballigh junior kata yang lebih pantes ketimbang disebut “muballigh ecek-ecek”.
Kunci untuk memahami terbentuknya LDII sekarang, adalah dengan memahami penyebab dari penolakan umat Islam golongan tertentu terhadap LDII. Penolakan tersebut karena adanya perbedaan mendasar antara ajaran yang diyakini kebenarannya oleh umat Islam golongan tertentu dengan ajaran yang dibawa oleh KH. Nur Hasan Al-Ubaidah. Umat Islam golongan tertentu telah lebih dahulu mengerjakan petunjuk dari kitab karangan yang disampaikan oleh ulama’-ulama’ mereka. Sementara KH. Nur Hasan Al-Ubaidah, membawa ajaran dari Makkah-Makkatul Mukarromah dan Madinah-Madinatul Munawaroh. Ajaran yang senantiasa tetap menjaga pada keaslian ilmu Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai sumber segala hukum bagi ummat Islam secara manqul (ada petunjuk guru), musnad (punya sandaran guru), mutashil (ada rangkaian dari guru ke guru yang berurutan sampai dengan sahabat dari/pada Rosuulalloohi Shollalloohu Alaihi Wasallam).
Umat Islam golongan tertentu telah menolak beberapa cara ibadah dan busana muslim yang dikerjakan oleh warga LDII, bahkan merusak masjid-masjid milik warga LDII.
Fakta-fakta yang ditemukan dalam masyarakat itu menjadi sewajarnya dipertanyakan. Mengapa umat Islam tertentu sering menolak LDII? Dimanakah letak perbedaan antara ajaran-ajaran yang telah dibawa Ulama’-ulama’ Islam golongan tertentu tersebut dengan ajaran yang telah diimani dan diamalkan oleh warga LDII?
Ketika KH. Nur Hasan Al-Ubaidah tiba dari Makkah pada tahun 1941 dan mencoba memurnikan kembali ajaran-ajaran Islam secara Al-Qur’an dan Al-Hadits, justru mayoritas kelompok ulama’ golongan tertentu sepakat untuk membunuhnya. Mereka juga menyebarkan isu negatif dengan mengatakan “Agama baru, Islam sesat, PKI Putih, Karto Suwiryo, DI, TII, Dajjal Ucul”. Apa sebabnya? Mengapa kebencian mereka bisa begitu besar terhadap KH. Nur Hasan Al-Ubaidah dan ajarannya?
Bila kelompok ulama’ dari golongan tertentu menyimpulkan bahwa KH. Nurhasan Al-Ubaidah adalah seorang ulama’ yang mengajarkan ajaran Islam yang menyesatkan, lalu mengapa ulama’-ulama’ tersebut ternyata sekarang banyak masuk LDII dan menjadi guru besar di Pondok Pesantren Burengan, Kediri dan Pondok Pesantren Gading Mangu, Perak Jombang. Mereka bahkan mempedulikan keselamatan Al-Qur’an dan Al-Hadits secara manqul (memakai petunjuk guru, seperti Alloh menyampaikan kepada Malaikat Jibril lalu Malaikat Jibril menyampaikan lagi kepada Nabi Muhammad Shollalloohu Alaihi Wasallam, dst), musnad (mempunyai sandaran dari guru ke guru yang lain sampai pada akhirnya kepada Nabi Muhammad Shollalloohu Alaihi Wasallam), dan mutashil (bersambungnya urutan dari guru keguru tanpa putus sampai ke sahabat Nabi atau sampai ke Nabi Muhammad Shollalloohu Alaihi Wasallam). Bahkan LDII sekarang ini merupakan ormas yang solid dan besar. Ketua MUI, bapak KH. Ma’ruf Amin, juga telah mengakui kebenaran LDII.
Ajaran KH. Nur Hasan yang dianut di 30 DPD Propinsi, 245 Kabupaten dan Kota, 1462 PC di Kecamatan, 2942 PAC di Desa/Kelurahan saat ini sebenarnya bukanlah ajaran sesat yang sering diteriakkan oleh KH. Bambang Irawan Hafiluddin melalui ceramah dan buku-buku yang ditulisnya. Jika kita cerdas dan cermat dalam menyimak isi dari buku-buku dan ceramahnya, maka kita akan mendapati ungkapan-ungkapan yang tidak mendasar dari seorang yang mengalami penyakit mental, suka mengkambing hitamkan orang lain, tidak lebih, sebagai sebab kegagalannya dalam mengejar ambisi ingin menjadi petinggi di LDII, pertanda ia tidak mampu. Akan lebih baik jika ia memeriksa kekurangan diri sendiri, segera perbaiki, terutama sekali sembuhkanlah penyakit mental iri dan dengki yang suka menyalahkan dan menganggap sesat LDII.
Setelah melalui proses panjang selama kurang lebih enam puluh dua tahun, LDII mengalami perkembangan yang sangat pesat hingga ke berbagai manca negara.
Sekali lagi, bukanlah maksud saya untuk memancing kontroversi ataupun menjelekkan ajaran lain di luar LDII. Saya percaya Saudara adalah orang-orang yang cerdas. Tapi, maksud saya adalah untuk mengajak para pemeluk agama Islam yang berpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadits agar bisa bersifat kritis terhadap ajaran dan amalan yang akan diikuti dan dikerjakan. Serta memancing dialog lanjutan dalam upaya merealisasikan keta’atan kita kepada Alloh dan Rosul-Nya dengan cara tetap menetapi, memerlukan, dan mempersungguh mengaji Al-Qur’an dan Al-Hadits, mengamalkan Al-Qur’an dan Al-Hadits, membela Al-Qur’an dan Al-Hadits, sambung berjama’ah secara Al-Qur’an dan Al-Hadits, Ta’at kepada Alloh dan Rosuul-Nya cara Qur’an dan Hadits. Dan semua itu dikerjakan dengan sungguh-sungguh lahir bathin karena Alloh. Sehingga merdeka dari kebodohan dan mati sewaktu-waktu bisa selamat dari neraka Alloh dan masuk surga Alloh.
Demikianlah kenyataan dan keyakinan saya bahwa lebih baik berbuat kebaikan meskipun sekecil semut gula, dari pada tidak berbuat apa-apa untuk agama. Dan upayakan jangan bertanya, “Apa yang saya dapatkan dari agama?” Tapi tanyakan pada diri kita, “Apa yang sudah saya berikan kepada agama?” Secara khidmat saya pun menadahkan tangan berdo’a ke hadhirat Allohu Subhaanahu Wa Ta’alaa, semoga usaha kecil saya menulis nasehat-nasehat dan atau artikel-artikel yang sekarang sedang Saudara baca ini dikategorikan-Nya sebagai amal kebaikan bersama. Untuk itu, ijinkan saya menghaturkan terima kasih dan rasa syukur yang tulus. Terima kasih juga saya sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam penyertaan saya di group ini sampai dapat berada di tangan jama’ah yang membacanya. Semua bantuan dan kerjasamanya Insya Alloh akan menjadi amal kebaikan dan pahala yang berlipat ganda di sisi-Nya. Terima kasih khusus saya sampaikan kepada kedua orang tua yang selalu mendo’akan saya menjadi anak yang pintar, faqih, faham, ‘alim, berakhlaqul karimah, mandiri, sholeh berguna bagi keluarga, nusa, bangsa, negara dan agama. Juga saya tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada isteri dan anak yang tercinta “Arini Idza Safarina” yang dengan kesabaran pertanda pengertian yang tulus, telah memberikan peluang yang luas bagi saya untuk menulis dan menyelesaikan nasehat-nasehat dan artikel-artikel tersebut, utamanya buat istri saya yang paling saya cintai, “Sutina Aisyatu Andani”, “Al-Hamdulillaahi Jazaa Kumulloohu Khoiroo”, “Semoga Alloh membalas kalian semua dengan yang lebih baik, Amiin”.
Wassalaamu ‘Alaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh.
[S.B]
Nasehat Pencerahan
Reviewed by Unknown
Published :
Rating : 4.5
Published :
Rating : 4.5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar