Diberdayakan oleh Blogger.

Bagaimana Sikap Kita terhadap Fihak yang Tidak Senang kepada LDII?

Begini, di dalam Surat Yaasiin, No. Surat: 36, Ayat: 76, Allohu Subhaanahu Wa Ta’alaa telah berfirman:
Yang artinya: “Maka janganlah ucapan mereka menyedihkan kamu. Sesungguhnya Kami (Alloh) mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan”.

Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa setiap orang yang menyampaikan apa yang pernah disampaikan oleh Rosululloh tentulah ia akan mendengar ucapan-ucapan yang menyakitkan hati dari orang-orang yang tidak senang karena dengki, seperti kata-kata celaan, cacian, makian, hinaan, olok-olokan, bahkan fitnahan. Namun sebagai juru da’wah, mereka tidak merasa takut. Hal ini sesuai dengan yang telah difirmankan oleh Alloh dalam Al-Qur’an, Surat Al-Maaidah, No. Surat: 5, Ayat: 54, yang berbunyi:
Yang artinya: “Dan mereka tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela”.

Hal seperti itu sudah bukan rahasia umum lagi, karena bagi orang yang betul-betul memahami arti perjuangan, tentu hal semacam itu justeru menjadi tantangan, pupuk penyubur, vitamin untuk mengokohkan daya juang yang handal dan berkwalitas. Karena, hal seperti sudah biasa terjadi sejak zaman dahulu pada saat Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam menyampaikan kebenaran. Tapi…, Alloh tidak tinggal diam, Alloh telah berjanji akan memberikan jaminan perlindungan kepada setiap orang yang hendak menyampaikan risalah / amanat-Nya dari gangguan manusia yang reseh, dengki. Seperti dalam Al-Qur’an, Surat Al-Maa-idah, No. Surat: 5, Ayat: 67, Alloh berfirman:
Yang artinya: “Alloh akan menjagamu dari (gangguan) manusia”.
Yang artinya: “Lantas Rosululloohi Shollalohu ‘Alaihi Wasallam bertanya kepada Waroqoh: “Apakah mereka akan mengusirku?”. Waroqoh menjawab: “Ya. Tidak datang seorang laki-laki samasekali dengan membawa seperti apa yang engkau bawa melainkan ia akan disakiti”.

Percakapan tersebut sudah direkomendasikan dalam Hadits Shohih Bukhori Juz 1 Hal 4. Siapa saja yang hendak menyampaikan atau mengamalkan Al-Qur’an dan Al-Hadits dengan benar dan Kaffah (secara total / seutuhnya) serta istiqomah (konsisten) selalu saja ada fihak-fihak yang tidak senang, seperti halnya Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam kurang apa baiknya tetap saja ada fihak-fihak yang tidak suka. Hal tersebut semata-mata karena fihak yang tidak suka dengan LDII tadi kemungkinan mendapat informasi yang tidak benar tentang LDII dari nara sumber yang tidak suka dengan keberadaan LDII. Mungkin saja mereka menganggap LDII sebagai batu sandungan bagi mereka untuk menggolkan tujuan tertentu mereka. Sedang LDII menganggap fihak yang tidak senang dengan LDII tersebut wajar karena masih berseberangan, masih bersilang pendapat, masih berbeda sudut pandang, masih adanya kesalah-fahaman. Karena, masalahnya adalah rendahnya tingkat komunikasi, kebuntuan komunikasi melahirkan benturan-benturan yang menyebabkan kesalahan presepsi. Dan yang terpenting adalah memahami bahwa Alloh berfiman dalam Al-Qur’an Surat Al-Lail, No. Surat: 92, Ayat: 12, yang berbunyi:
Yang artinya: “Sesungguhnya kewajiban Kamilah memberi petunjuk”.

Dan Alloh juga telah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqoroh, No. Surat: 2, Ayat: 272, yang berbunyi:
Yang artinya: “Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Alloh-lah yang memberi petunjuk (memberi hidayah) siapa yang dikehendaki-Nya”.

Oleh sebab itu, LDII hanya berusaha untuk menjelaskan tentang apa yang menjadi kesalah-fahaman yang berkembang di tengah masyarakat selama ini melalui lembaran tanya-jawab seperti ini maupun melalui pengajian-pengajian yang diadakan di setiap tingkat organisasi LDII. DPP untuk tingkat Pusat, DPD tingkat Propinsi, DPD tingkat Kabupaten dan Kota, PC di Kecamatan, PAC di Desa / Kelurahan, bahkan kerumah-rumah dan privat tanpa dipungut bayaran, berdasar pada firman Alloh dalam Al-Qur’an, Surat Yaasiin, No. Surat : 36, Ayat : 21, yang berbunyi:
Yang artinya: “Ikutilah orang yang tiada minta imbalan / upah kepadamu dan mereka adalah orang-orang yang mendapat hidayah/petunjuk”.

Dan tidak ada unsur paksaan, berpijak pada dalil firman Alloh dalam Al-Qur’an, Surat Al-Baqoroh, No. Surat: 2, Ayat: 256, yang berbunyi:
Yang artinya: “Tidak ada paksaan dalam agama, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat”.

Tidak hanya LDII atau Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, tetapi juga Nabi Isa Alaihis Salaam, Nabi Musa Alais Salaam tidak luput dari diperselisihkan, lihat firman Alloh dalam Al-Qur’an, Surat Hud, No. Surat: 11, Ayat: 110, yang berbunyi:
Yang artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab (Taurot) kepada Musa, lalu diperselisihkan tentang Kitab itu”.

Menurut sejarah Islam, semua pembawa kebenaran agama selalu saja ada yang tidak senang. Sejak dari zaman Nabi-nabi terdahulu sudah ada yang namanya fihak-fihak yang tidak senang, tidak sedikit Nabi dan Rosul yang mati dibunuh oleh orang yang tidak senang. Seperti yang diungkapkan Alloh di dalam Al-Qur’an, Surat Al-Furqoon, No. Surat 25, Ayat: 31, yang berbunyi:
Yang artinya: “Dan seperti itulah, Kami telah menjadikan / mengadakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah dengan Tuhanmu Yang menjadi Pemberi petunjuk dan Penolong”.

Di situlah letaknya diperlukan perjuangan yang lebih baik lagi, lebih arif, dan lebih bijak ketika sedang berammar ma’ruf dan nahi munkar dalam rangka menolong mengembangkan agama Alloh yang haq ini. Juga bagaimana caranya agar bisa memberikan argumentasi dengan cara yang benar tapi anggun sehingga bisa “menang” tanpa harus ada fihak yang merasa kalah. Untuk itu, LDII sebagai lembaga da’wah terus menerus memberikan ilmu dan wawasan yang luas kepada para juru dakwahnya, termasuk bagaimana menghadapi berbagai lapisan masyarakat dengan berbagai macam karakternya pula. Alloh berfirman dalam Al-Qur’an, Surat Muhammad, No. Surat: 47, Ayat: 7, yang berbunyi;
Yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman jika kamu menolong (agama) Alloh, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”.

Dan Alloh juga berfirman di dalam Surat Ali Imron, No. Surat: 3, Ayat: 160, yang berbunyi:
Yang artinya: “Jika Alloh menolong kamu, maka tidak ada orang yang dapat mengalahkan kamu”.

Alloh berpesan kepada orang iman agar selalu bersabar dalam menghadapi cobaan, dalam Al-Qur’an, Surat Ali Imron, No. Surat: 3, Ayat: 200, yang berbunyi:
Yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertaqwalah kepada Alloh supaya kamu beruntung”.

Tentu kita masih ingat pada pribahasa lama (bahasa Jawa: Becik ketitik olo ketoro) lambat laun yang benar dan yang salah akan kelihatan, ibarat sebutir emas dibungkus kotoran manusia lambat laun akan tampak kilaunya juga. Ibarat intan, sekalipun hancur berkeping-keping tetaplah intan, ia tetap bercahaya indah. Ini sekaligus merupakan suatu gambaran yang tepat dan tidak berlebihan, bila gambaran tersebut diberikan kepada LDII yang telah berhasil menjaga kemurnian Al-Qur’an dan Al-Hadits dari pengaruh Ro’yi, Bid’ah, Syirik, Takhoyyul, Khurofat. Insyaa Alloh ke depan secara perlahan tapi pasti LDII diterima masyarakat, khususnya ummat Islam. Ini bukan ucapan takabur atau sombong, tapi ini sebuah ungkapan yang bakal menjadi kenyataan. Lihat saja nanti! Ummat Islam kian makin sadar bahwa Islam di Indonesia saat ini adalah Islam Sinkretis, yaitu Islam yang sudah terkontaminasi, kalau tidak mau dibilang sudah tidak murni lagi. Islamologi, yaitu Islam yang hanya Islam-islaman (Islam KTP), Islam Tradisionalisme, yaitu Islam yang sudah bercampur aduk dengan tradisi (kejawen). Islam Ratsionalisme, yaitu Islam yang hanya mengikuti hasil pemikiran seseorang ahli pikir semata. Islam Firqoh, yaitu Islam yang sudah terpecah belah. Semua itu sudah terlepas dari kendali Al-Qur’an dan Al-Hadits. Sedang LDII melulu hanya mengajak ummat Islam khususnya dan umumnya semua ummat manusia untuk kembali menetapi dan menjalankan pedoman aslinya ummat Islam, yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits. Karena dengan menetapi dan menjalankan Al-Qur’an dan Al-Hadits amalan kita pasti benar menurut Alloh dan Rosul-Nya. Oleh karena itu pasti berkembang, pasti lancar, pasti berhasil. Untuk mencapai itu semua perlu digarap secara simultan / kaffah (secara keseluruhan). Namun demikian, ada baiknya bila kita berpijak pada kata orang bijak ”Pilihlah teman sebelum berjalan, pilihlah tetangga sebelum berumah tangga”. ”Kalau anda takut diterpa ombak, jangan berlabuh di tepian pantai”. Dengan kata lain: “Anget-anget kebo, maju. Cengkring-cengkring ori, mundur”. Dan tetap menjaga fathonah, bithonah dan berbudi luhur luhuring budi karena Alloh.

Falsafah orang buta yang memegang gajah, karena keterbatasan indranya, mereka mempunyai persepsi yang beragam tentang gajah. Analoginya, alangkah baiknya ulama’ dan semua orang Islam membekali diri sehingga tidak sempit dalam berpikir termasuk tentang LDII. Ummat Islam jangan berwawasan sempit, bahwa yang haq sudah jelas dan yang bathil juga sudah jelas, semua itu sudah dijelaskan di dalam A-Qur’an dan Al-Hadits dan karena pembuktian kebenaran itu ada metodologinya, manhajnya.

Menaggapi kurangnya pemahaman terhadap Al-Qur’an dan Al-Hadits oleh ulama’ dan ummat Islam pada umumnya sehingga muncul perdebatan panjang dalam masalah khilafiyah, Ust. Muhammad Natsir, M.A. dari MPU Aceh Tamiang, NAD, mengatakan “Tidak semua ummat Islam memahami Al-Qur’an dan Al-Hadits dari sumber aslinya. Oleh karena itu harus dibuat semacam pusat kajian, tempat para alim-ulama’ mendalami hukum Islam sehingga bisa menjelaskan kepada masyarakat dalam bahasa yang parsial”. Dan MPU Tamiang tahun 2008 telah mengirimkan kader ulama ke LDII dalam rangka mendalami Qiro’atus Sab’ah.

Seperti isu bahwa LDII memegang konsep “manqul Amir” dalam persepsi penafsiran Al-Qur’an dan Al-Hadits berdasar keinginan dan kemauan Amir. Setelah dipelajari dan dilihat ternyata kajian di LDII menggunakan kitab-kitab Tafsir yang muktaber dan kitab-kitab usul fiqih yang juga dipakai ulama’ Islam pada umumnya, sumbernya sama, methodologinya sama, dan hasilnya juga sama. Adapun ada khilafiyah itu adalah rohmat, bukan jadi satu alasan untuk saling menghujat dan menjatuhkan, apalagi sampai menghakimi sesat. Naa ‘udzu billaahi min dzaalik.
[S.baiturrahman]
Share on :
Bagaimana Sikap Kita terhadap Fihak yang Tidak Senang kepada LDII?
Bagaimana Sikap Kita terhadap Fihak yang Tidak Senang kepada LDII?
Reviewed by Unknown
Published :
Rating : 4.5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar