Yang artinya: “Orang mukmin yang bergaul bersama manusia dan bisa sabar menghadapi gangguan mereka yang menyakitkan hati, maka pahalanya lebih besar ketimbang orang mukmin yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak sabar menghadapi gangguan mereka yang menyakitkan hati”.
Di dalam Hadits Abu Daud Kitabu Adab, Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, bersabda:
Yang artinya: “Apakah aku tidak mengkhabari kamu tentang sesuatu yang lebih afdhol / utama daripada derajatnya berpuasa, sholat, dan shodaqoh? Mereka berkata: “Ya, wahai Rosululloh”. Rosululloh bersabda: “(yaitu) membagusi pergaulan/bergaul yang bagus, dan merusak pergaulan itu mencukur/merusak agama”.
Pergaulan yang asli adalah yang datangnya dari hati ke hati yang penuh keikhlasan, tidak memandang suku, bangsa, budaya, derajat sosial, ekonomi, golongan dan agama. Inilah pergaulan yang Insya Alloh indah dan terasa menyenangkan, tetapi pergaulan yang penuh rekayasa dan tipu daya demi kepentingan yang bernilai rendah tidak akan pernah langgeng, bahkan malah berpeluang mendatangkan masalah.
Warga LDII bukan ancaman bagi siapapun, ormas apapun, apalagi bagi yang kita cintai NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Kita tidak boleh menjadi seseorang yang merugikan orang lain, terlebih kalau kita simak di dalam Hadits Shohih Muslim, Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, bersabda:
Yang artinya: “Yang disebut orang Islam adalah orang Islam yang lain selamat dari gangguan lisan / ucapan dan tangan/perbuatannya”.
1. Warga LDII menghindari penghinaan, karena apapun yang bersifat merendahkan, ejekan, penghinaan dalam bentuk apapun terhadap seseorang, baik tentang kepribadian, bentuk tubuh, keyakinan, cara hidup, beribadah dan sebagainya jangan pernah kita lakukan sebab tidak pernah ada masalah yang selesai dengan cara menghina, menjelek-jelekkan, merusak, menganggap sesat, mengkafir-kafirkan orang lain, golongan lain, agama lain, yang akan terjadi malah perasaan sakit hati dan dendam.
2. Warga LDII menghindari membandingkan, jangan pernah dengan sengaja membanding-bandingkan kebenaran, kesucian, kesempurnaan tentang ormas, golongan, ibadah, agama seseorang sehingga yang mendengarnya merasa bahwa diri, ormas, golongan dan ibadah serta agamanya tidak berharga, rendah, merasa terhina, tidak suci, salah, neraka.
3. Warga LDII menghindari orang yang mengungkit masa lalu, apalagi yang diungkit kesalahan, aib, kekurangan, kealfaan, kekhilafan masa lalu yang sedang berusaha ditutupi dan dibenahi.
4. Warga LDII menghindari turut campur urusan pribadi seseorang yang tidak ada manfaatnya jika terlibat. Seperti yang kita maklumi setiap orang punya urusan pribadi yang sangat sensitif jika merasa terusik akan berang.
Camkan! Lihatlah kebaikan orang lain. Anjuran ini sama sekali tidak bermaksud agar kita selalu menyenangkan orang lain, karena sebenarnya kita tak mampu melakukan hal itu. Namun agar hidup kita lebih produktif, lebih efektif, dan lebih ringan. Bila semua orang senang mencari-cari sisi buruk golongan lain, maka dunia ini akan dipenuhi dengan kebingungan. Pada sa’at itu kita akan berhadapan dengan puluhan nasehat, ratusan saran, bahkan ribuan caci-maki. Selalu melihat keburukan golongan lain, maka akan membuat hidup kita menjadi kusam. Sedangkan melihat kebaikan golongan lain, dapat membuat hidup ini menjadi menyenangkan. Kita akan banyak waktu untuk menikmatinya. Ibarat kulit jeruk terasa pahit. Sedangkan isi jeruk terasa manis menyegarkan. Kita mengupas kulit jeruk yang pahit untuk mereguk kesegaran buah jeruk. Kita tak menyukai keburukan maka singkirkan. Yang kita cari kebaikan dan temukan itu pada setiap orang yang hadir dalam hidup kita.
Bila kita tidak mencintai keyakinan golongan tertentu yang bergaul dengan kita, maka kita cintai orang-orang yang bergaul bersama kita. Rasakan kegembiraan dari pergaulan itu. Maka bergaul pun akan menjadi menggembirakan. Bila kita tak bisa mencintai rekan gaul atau kerja kita, maka kita cintai suasana dan gedung kantor kita. Ini mendorong kita untuk bergairah berangkat bergaul atau bekerja dan melakukan pergaulan dan tugas-tugas yang lebih baik lagi. Bila toh kita tidak dapat melakukannya, cintai setiap pengalaman pergi pulang ketempat bergaul atau kerja kita. Namun bila kita tidak menemukan kesenangan di sana, maka cintai apa pun yang bisa kita cintai dari pergaulan atau kerja kita.
Hidup di dunia ini hanya sekali. Tak ada yang lebih indah selain melakukan sesuatu dengan kecintaan yang tulus. Percayalah, kesuksesan tidak mendatangi kita. Tapi kitalah yang harus menemuinya. Terserah kita sendiri apakah mau membuka pintu diri kita untuk suatu kesempatan. Kesempatan emas yang kita cari-cari berada di dalam diri kita sendiri. Tidak tergantung pada lingkungan kita, atau keberuntungan, atau pertolongan orang lain. Semua itu ada di dalam diri kita sendiri. Alloh berfirman dalam Al-Qur’an, Surat Ar-Ro’du, No. Surat: 13, Ayat: 11, yang berbunyi:
Yang artinya: “Sesungguhnya Alloh tidak akan merubah sesuatu (keadaan) kaum sehingga mereka merubah sesuatu (keadaan) yang ada pada diri mereka sendiri”.
Kita bisa memulai dimana pun kita berada setiap sa’at. Kesempatan itu tepat berada dimana kita berada. Ketika kesempatan itu muncul, ambillah keuntungan darinya. Kita tidak memerlukan lebih banyak kekuatan, atau lebih besar kemampuan, atau lebih luas kesempatan. Yang kita perlukan adalah menggunakan apa yang kita miliki sekarang. Belajarlah untuk menagkap kemujuran, yang selalu berada di sekeliling kita. Setiap situasi yang dipandang dengan baik adalah kesempatan.
[S.Baiturrahman]
Mengapa Warga LDII dalam Melaksanakan Aktivitasnya Terkesan Eksklusif?
Reviewed by Unknown
Published :
Rating : 4.5
Published :
Rating : 4.5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar