Diberdayakan oleh Blogger.

Berlebih-Lebihan?

Ada sebuah blog yang lumayan jadi acuannya hizb Albaniyah/Salafi-indon dengan alamat:
hxxp://rumahku-hina.blogspot.com (alamat sengaja disamarkan tapi dimiripkan dalam rangka mengusung azas praduga bersalah) dan ber-slogan "hijrahlah bersama kambing!" (lagi-lagi disamarkan tapi dimiripkan).
Tulisan-tulisan di situs blog tersebut kelihatan ilmiah, tapi sangat tendensius dan dilengkapi dengan logika yang keblinger. Saya akan coba mengupas beberapa tulisan di blog itu dalam beberapa seri tulisan ke depan.
Untuk ulasan perdana, saya ambil salah satu contohnya mengenai tulisan: "Terapi dari Rasulullah Bagi orang yang terkena penyakit was-was percikan kencing ".
Judulnya serasa meyakinkan, padahal judul dengan sasaran tembak isinya tidak ada hubungannya dengan metode pensucian ala LDII.
Di salah satu potogangan tulisan, si pengikut hizb Albaniyah ini menulis:
"...Ada yang rela mengepel lantai, mencuci sajadah, pakaian dan sarungnya hanya karena terinjak atau digunakan selain kelompoknya, yang tidak diketahui apakah mereka suci ‘dengan gaya mereka’ atau tidak. Padahal kalau kebenaran itu sesuai metode mereka, maka seharusnya mereka dicuci juga uang-uang dalam dompet-dompet mereka yang bahkan tidak diketahui dari tangan siapa uang itu sebelumnya?!!, ini suatu yang menggelikan..."
Potongan tulisan ini adalah cerminan dari si penulis yang tidak mau melihat pada kelemahan dan kekurangan diri sendiri. Usaha menjaga kesucian adalah sebuah hal yang positif. Adapun hal-hal yang di luar kemampuan tentu ada pengecualiannya. Yang penting sudah usaha. Memangnya, ketika seorang dari hizb Albaniyah mengharamkan foto, dia tidak akan menggunakan uang kertas dan koin yang ada gambar manusianya??? Janganlah mengejek orang lain yang justru berbalik jadi ejekan ke dirinya yang lebih menggelikan.
Kemudian di tulisan itu Nabi menganjurkan agar tidak was-was: jangan kencing di tempat dia mandi/wudhu. Dan ada beberapa cerita tentang sahabat/tabiin yang memercikkan air setelah kencing sebagai "ijtihad" pribadi. Tetapi ro'yu si penulis malah membenturkan pendapat ulama yang berbeda cara mensucikan dengan sengaja membenarkan pendapat seorang ulama saja. Lalu tiba-tiba ditulis: "inilah contoh kaum salaf.. ." padahal yang memerciki air itu adalah sahabat juga. Inilah tipikal tulisan salafi-indon:
1. membenturkan cara dari berbagai macam "ijtihad" pribadi sahabat/ulama.
2. memilih dari "ijtihad" tersebut mana yang sesuai dengan cara idolanya (Albany) dan ditutup dengan "ini lho cara salafi"
3. meninggikan derajat "ijtihad" yang dipilih melebihi hadits-hadits mahsyur yang jelas-jelas tidak mendukung "ijtihad"/tatacara tersebut.
4. mengejek yang tidak sesuai dengan "cara salafi" dan kalau perlu dilabeli sesat/bid'ah.
Padahal di riwayat tersebut saya tidak merasa ada yang salah dengan "ijtihad" pribadi-pribadi sahabat/ulama yang memang tujuannya adalah untuk mensucikan dari bekas najis. Karena sikon dari masa ke masa pasti berbeda.
Kemudian di bagian tulisan yang lainnya si pengikut hizb Albaniyah ini juga menyindir LDII yang "ber-lebih2an" dalam air. Meskipun saya yakin orang-orang LDII setuju bahwasanya ber-lebih2an dalam air itu jelek, tetapi batas "berlebih-lebihan" sangatlah susah ditentukan. Meskipun nabi mencontohkan wudhu cukup dengan 2 liter air, tetapi memang mandi-nya beliau pun (sesuai hadits yang dikutip di tulisan itu) juga dengan 8 liter air (kira2 kurang dari setengah dari botol galonan aqua). Lha kalau si penulis menganggap wudhu-nya orang LDII berlebih-lebihan, berarti dia harus konsisten untuk mandi hanya dengan 8 liter air sekali mandi. Kalau lebih dari itu ya sama saja: "berlebih-lebihan" jatuhnya.
Moral dari sentilan saya: jangan suka saling menuding sesuatu hal yang abstrak seperti menembak LDII sebagai "berlebih-lebihan". Saya sering melihat di mesjid-mesjid LDII ada tulisan "jangan isrof". Itu menunjukkan bahwa orang-orang LDII sadar akan anjuran untuk tidak berlebih-lebihan. Kecuali anda mandi dengan 8 liter air setiap kali mandi, barulah anda boleh mengutarakan bahwa penggunaan air/wudhu orang LDII itu berlebih-lebihan.
[Wong Pinter]
Share on :
Berlebih-Lebihan?
Berlebih-Lebihan?
Reviewed by Unknown
Published :
Rating : 4.5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar