Diberdayakan oleh Blogger.

Bagaimana Sikap LDII terhadap Golongan Islam Lain?

LDII cinta perdamaian, karena damai itu indah. Oleh karena itu orang yang suka bermusuhan disebut Jahiliyah, menurut firman Alloh dalam Al-Qur’an, Surat Ali Imroon, No. Surat: 3, Ayat: 103, yang berbunyi:
Yang artinya : “Dan berpegang teguhlah kamu dengan tali (agama) Alloh secara berjama’ah (menyeluruh) dan janganlah kamu berfirqoh (bercerai- berai), dan ingatlah akan nikmat Alloh kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Alloh mempersatukan hatimu, lalu sebab nikmat Alloh itu kamu menjadi bersaudara”.

Semua golongan Islam adalah bersaudara. Satu payung yaitu payung Islam. Satu Tuhan yaitu Alloh. Satu kitab suci yang sama, yaitu Al-Qur’an. Satu tujuan yaitu ingin masuk surga dan selamat dari neraka”. Sebagaimana yang tercantum dalam Hadits Musnad Ahmad bin Hambal fii Musnadihi Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, bersabda:
Yang artinya: “Orang Islam adalah saudaranya orang Islam, dia tidak boleh mendhzolimi (menganiaya) pada saudaranya dan tidak boleh merendahkannya”.

Sesama golongan Islam tidak dibenarkan bila saling merendahkan, memperolok-olok, di dalam Al-Qur’an, Surat Al-Hujuroot, No. Surat: 49, Ayat: 11, Alloh berfirman:
Yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) bisa jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok)…”.

Tidak baik jika mencari-cari kesalahan orang lain dan membicarakan kejelekan orang lain. Tinggalkan prilaku buruk, perkataan buruk, supaya kelak di akhirot tidak menjadi suatu penyesalan! Ingat kata pepatah lama “Semut di seberang lautan jelas kelihatan, tapi gajah di pelupuk mata tidak kelihatan”. Itulah pribahasa yang sudah akrab di telinga kita. Di dalam Al-Qur’an Surat Al Hujuroot, No. Surat: 49, Ayat: 12, Alloh berfirman:
Yang artinya: “…, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjingkan sebahagian yang lain”.

Di dalam Hadits Shohih Bukhori, Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, bersabda:
Yang artinya: “Bukan orang mukmin; orang yang suka mencela, orang yang suka mengutuk / melaknat / menghujat, orang yang suka berbuat jelek, orang yang suka berkata jelek”.

Ingat Pribahasa: “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”.
Kata kuncinya adalah kita jangan menghasut, dan jangan mau dihasut.
Katakan pada saudara muslim: “Aku bukan ancaman bagimu; bebanmu adalah bebanku, deritamu adalah deritaku, malumu adalah malu aku, suka dukamu adalah suka dukaku, rahasiamu adalah rahasiaku, perasaanmu adalah perasaanku, kesenanganmu adalah kesenanganku”. Orang muslim yang hatinya bersih, isinya taqwa. Baginya tidak ada waktu sedetikpun untuk berpikir dan berniat jelek, apalagi berbuat jahat berpikir untuk mendhzolimi orang lain samasekali tidak terlintas di benaknya. Hatinya yang bersih terpancar pada raut wajahnya yang ceria, ramah, rendah hati, santun tutur katanya, lemah lembut budi bahasanya. Waktu baginya sangatlah berharga, sangat tidak mungkin sesuatu yang sangat berharga akan ia gunakan untuk hal-hal yang tidak berguna, berdosa. Sungguh suatu kebodohan yang tak terkira. Bisa menjalin hubungan dengannya sungguh merupakan sesuatu yang teramat mengesankan. Siapapun, dari agama apapun, dari golongan apapun yang berjumpa akan merasakan kesan yang mendalam, siapapun yang bertemu akan memperoleh aneka manfa’at kebaikan, bahkan ketika berpisah sekalipun. Orang muslim yang seperti ini akan menjadi buah kenangan yang tidak mudah dilupakan. Pendek kata orang muslim yang bersih hati itu luar biasa bahagia dan mulianya. Tidak hanya di dunia ini saja, tapi juga di akherat kelak. Ia tidak berubah bagaikan intan yang akan tetap selamanya berkilauan walaupun berkeping-keping dihantam apapun juga.

Silahkan bandingkan dengan orang muslim yang berhati kotor, busuk, semrawut, carut-marut dan kusut-masai. Lihatlah, wajahnya bermuram durja, kusam, dan selalu tampak resah dan gelisah. Kata-kata yang keluar dari lisannya bengis, kasar dan ketus. Niat yang timbul dari hatinya su’udhzon (berburuk sangka), dendam kesumat, dengki, tidak senang melihat orang lain senang, mudah tersinggung, mudah tersulut amarah, emosi, tidak mudah diajak ishlah / damai / kompromi. Punya hobi mencaci, memaki, mengompori, merintangi agama Ilaahi Robbi. Walhasil seluruh waktunya habis hanya ia gunakan untuk memuntahkan ketidaksukaannya kepada orang, golongan, agama lain dengan berselimut dakwah, ceramah, tausyiyah. Sedekahnya tidak menjadi berkah, ibadahnya menjadi kiprah, sholat tidak menjadi rohmat. Akibatnya do’anya tidak terijabah, banyak masalah tidak sudah-sudah. Ia ragu badai pasti berlalu, hujan pasti berhenti, malam pasti berganti, terik menjadi teduh. Ia lupa, tidak ada satu ujian atau cobaan yang menimpa kecuali pasti ada titik akhirnya. Yang ada hanya kelam, yang ada hanya hitam, duka dan derita, tinggalah rintih dan tangis! Ia bagaikan sebuah kamar mandi yang kumuh tidak terpelihara. Lantainya becek berlumut campur pasir, debu dan kotoran. Lantai WC dan lubangnya berlumut masih belepotan sisa-sisa kotoran. Dinding kamar mandinya kotor dan kusam. Gayungnya kotor, bocor dan berlendir. Pintunya sudah buluk dimakan bubuk, bolong-bolong sedikit gampang diintip. Krannya sudah dipuntir tapi air sulit mengalir. Tidak ada gantungan. Baunya tak sedap menyengat hidung seperti tersumbat. Sudah pasti setiap orang yang ingin mendekat hendak buang hajat kurang terpikat, enggan memasukinya. Kalaupun ada yang sudi memasukinya, pastilah karena tidak ada pilihan lain, sebab sudah sangat terdesak dengan sedikit nafas sesak, susah keluar berak. Ampuuun dech, menjengkelkan!
[S.Baiturrahman]
Share on :
Bagaimana Sikap LDII terhadap Golongan Islam Lain?
Bagaimana Sikap LDII terhadap Golongan Islam Lain?
Reviewed by Unknown
Published :
Rating : 4.5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar