Langka, menurut arti kata yang sebenarnya adalah merupakan sikap hidup yang bisa menerima apa adanya sesuai dengan bakat dan kemampuan. Orang Jawa bilang “Nerimo ing pandum”. Atau dengan kata lain, langka yang dimaksud dalam dunia kemuballighan adalah muballigh yang hidupnya selalu menerima sesuai dengan kenyataan yang ada (nggak neko-neko, nggak ngombro woro), selalu bisa menyesuaikan diri dengan keadaan kemampuan ekonomi jama’ah yang ditugasi, tidak mengeluh kepada jama’ah, tidak juga mendikte pengurusnya.
Zaman sekarang menuntut kita sebagai muballigh yang belum mempunyai kemampuan ekonomi mandiri agar selalu tabah dan sabar berpangkat tiga dalam menghadapi kenyataan hidup di tempat tugasan di daerah-daerah tertentu, dan tidak harus mengikuti perkembangan dunia, kemajuan zaman dan tekhnologi. Maka dari itu, kita sebagai muballigh tidak perlu terpengaruh terhadap mondar-mandirnya orang-orang yang hanya mengumbar angkara murka, sementara hidupnya tidak menghasilkan karya nyata yang bermutu. Sukanya mengumbar nafsu, waktu, dan tidak mempunyai perencanaan hidup di dunia yang matang, tidak mempunyai perencanaan hidup masa depan (akhirot) yang jelas. Dengan kata lain, tidak memiliki keyakinan bahwa manusia hidup sekali di dunia ini punya kewajiban beribadah kepada Alloh Ta’alaa, yaitu menjadi orang iman dan beramal sholih sehingga bila mati sewaktu-waktu bisa selamat dari siksa kubur, siksa kiamat, siksa neraka dan masuk surga yang setinggi-tingginya.
Melihat nilai-nilai positif dari sikap muballigh yang berkepribadian yang langka itu ternyata dapat diterapkan di dalam tugas muballigh sehari-hari ketika mendidik jama’ah di tempat tugasan. Sikap muballigh yang berkepribadian yang langka itu memang perlu kita upayakan, kita kuasai agar kita dapat mengikuti gerak kehidupan jama’ah yang kita tempati atau yang kita tugasi secara fleksibel.
Dalam kerangka berpikir inilah dirasakan perlunya seorang muballigh yang memiliki profil kepribadian yang langka dalam arti muballigh yang senantiasa sadar bahwa tugas utamanya adalah membekali para jama’ah dengan ilmu Al-Qur’an dan Al-Hadits. Di samping itu juga memberikan ilmu bantu, pengetahuan umum, keterampilan dan nilai-nilai yang positif, yang up-to-date dan bermanfa’at bagi kehidupan jama’ah terutama kepada generasi penerus sebagai bekal mereka setelah mereka terjun ke tengah-tengah kehidupan jama’ah. Ini minimal memerlukan muballigh yang benar-benar memperhatikan dan memenuhi beberapa karakteristik, sikap, mental dan menerapkannya dalam tugasan selaku muballigh yang unggul nan tangguh.
Untuk menjadi seorang muballigh yang memiliki profil kepribadian yang langka perlu upaya yang tidak mudah. Pertama adalah harus mau merubah beberapa sikap mental dan kebiasaan yang tidak cocok dengan jiwa seorang da’i, penyampai agama. Kemudian berusaha membiasakan diri dengan sikap mental yang sesuai dengan profil kepribadian yang bisa nerimo ing pandum, jiwa sak dermo, yaitu nerima apa adanya.
Sikap mental yang tidak cocok dengan sifat Al-Qur’an dan Al-Hadits adalah mentalitas yang suka meremehkan mutu kepahaman, suka mengosongkan waktu, menganggurkan diri, sikap mental yang menghalalkan segala cara dalam mencapai kemauan hati, tidak disiplin ilmu, tidak disiplin waktu, tidak disiplin mengajar, tidak aktif dan tidak tertib serta kurang bertanggung jawab. Bila mau maju dan sesuai dengan profil kepribadian muballigh yang langka, maka sikap mental yang seprti itu harus dirubah dan dibuang jauh-jauh di luar pagar kemuballighan. Dan menggantinya dengan sikap yang bernilai tinggi berorientasi menuju ke masa depan yang penuh semangat, kerja giat, hemat, tirakat banter (puasa sunnah), mutawari’, mujhidul muzhid dan mau melakukan inovasi terhadap sumber daya manusia, dan kekayaan jama’ah, memiliki motif berprestasi, memiliki kemadirian, kepercayaan diri, disiplin, aktif dan tertib dalam menjalankan tugas dan kewajiban serta berani bertanggung jawab.
Seorang muballigh dikatakan mempunyai ciri-ciri profil kepribadian muballigh yang langka bila ia memiliki sikap siap tempur “ready for use” untuk menghadapi berbagai tantangan dalam tugas, yaitu sikap yang ta’at, tidak ingin mencari wibawa, tidak ingin supaya dicintai, tidak hanya berharap harmonis tapi agamis, bersedia membuka diri terhadap pengalaman-pengalamannya, bisa menerimaopini orang lain. Tentu ini semua membawa konsekwensi terhadap aktivitas seperti; tidak pemalas, tidak pemalu, tidak penakut, tidak penidur dan tidak su’udhzon. Motif dasarnya adalah hasrat untuk senantiasa merubah sikap agar dirinya dapat mengikuti gerak di tempat tugasnya. Misal, dari segi kebutuhan jasmani, di rumah sendiri biasa mandi memakai sabun mandi LUX, sementara di tempat tugas hanya dengan memakai batu gosok. Biasanya di rumah sendiri bersikat gigi memakai pasta gigi Pepsodent, sementara di tempat tugasan beralih rasa menjadi rasa bubuk arang atau bubuk batu bata. Tapi, semua itu “No Problem”, tidak menjadi masalah. Bukan hambatan tugas.
Karakteristik berikutnya, seorang muballigh yang memiliki profil kepribadian langka mempunyai orientasi yang lebih demokrasi. Dalam hal ini, ia menyadari adanya keragaman sikap dan pendapat di lingkungan dimana ia bertugas. Baik dalam forum musyawaroh maupun pada sa’at pengajian persamaan anatar muballigh, ataupun ia sedang mengajar dan bergaul dengan jama’ahnya. Selain itu ia mampu mengakui adanya sikap dan pendapat yang bermacam-macam itu tanpa merasa khawatir bahwa hal semacam itu tidaklah akan merugikan wawasan pribadinya di bidang kemuballighannya. Dengan kata lain, ia tidak bersikap otokratis atau hierarkis, ia tidak secara apriori menolak pendapat yang datang dari rekan muballigh, atau dari jama’ahnya. Keragaman tersebut ditimbangnya baik-baik. Soal sikap menerima atau menolak atas perbedaan pendapat bukan karena dimotivasi oleh sekedar sesuatu keinginan untuk menyenagkan hati orang lain alias “ABS” asal bapak senang. Misal, biar pengurus, pengatur, atau jama’ah tidak tersinggung, atau biar dikatakan “tidak bermasalah”, atau cari selamat sampai masa tugas selesai. Sama sekali bukan itu tujuannya. Akan tetapi karena semata-mata untuk menegakkan kebenaran sesuai Qur’an dan Hadits, untuk mewujudkan kemurnian Qur’an dan Hadits.
Seorang muballigh yang memiliki profil kepribadian langka mampu mandiri dalam sikap dan kegiatan serta dapat menanamkan kemampuannya kepada jama’ahnya. Oleh karena itu ia sangat menilai tinggi jama’ahnya yang dapat mencapai hasil dari usahanya sendiri. Ini penting untuk mengatasi kontras mental budaya muballigh yang terlampau berorientasi vertical, yaitu kearah orang yang bergaya hidup mewah. Bukan berarti muballigh yang memiliki profil kepribadian yang langka itu tidak punya hak untuk sedikit menikmati kebahagiaan di dunia ini, bukan. Justru, muballigh yang memiliki kemampuan ekonomi mandiri tanpa bergantung kepada sabilillah itulah yang sangat diharapkan. Itu artinya bahwa muballigh tersebut telah memahami dengan benar terhadap do’anya, “Ya Alloh berilah kami kebaikan dunia dan akhirot serta jagalah kami dari (siksa) neraka”. Dalam do’a tersebut mengandung pengertian bahwa manusia itu kepingin diberi kebahagiaan dunia sebelum menikmati kebahagiaan di akhirot. Lantas do’anya itu ia realisasikan kedalam bentuk semangat bekerja dan menabung. Ia pandai memilih pekerjaan dalam memanfa’atkan waktu luangnya setelah mengajarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai tugas wajibnya. Pada akhirnya, Alloh Ta’alaa paring sukses kepadanya dengan bukti ia punya usaha sendiri, bisa memiliki rumah tinggal sendiri, kendaraan pribadi, haji dengan biaya sendiri sehingga para pengatur dan pengurus serta jama’ah tidak merasa terbebani olehnya. Wal hasil, setiap ada rolling muballigh ia selalu siap ditempatkan pada kelompok dan desa manapun ia akan ditugaskan. Begitu juga bagi kelompok atau desa yang akan ketempatan selalu siap menerimanya, karena tidak perlu lagi repot memikirkan tempat tinggal, kendaraan, menghajikan, menyekolahkan anak-anaknya. Pada kondisi seperti itulah orang akan berdecak kagum “langka lo, muballigh yang begitu, jarang!” Tidak jarang muballigh atau pengurusnya yang berpendapat bahwa muballigh itu kalau ingin bahagia bukan di dunia tempatnya, tapi di surga. Ini pemahaman yang sekilas terdengar baik dan benar, sesungguhnya tidak benar bagi muballigh yang mempunyai bakat dan kemampuan lebih selain kemapuannya dalam menyampaikan ilmu Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Muballigh yang memiliki profil kepribadian langka, ia selalu meminta restu terlebih dahulu kepada jama’ah yang ditempatinya jika akan melakukan kegiatan di luar jam tugas. Ia memiliki rasa disiplin murni. Yang jelas, masih banyak karakteristik profil kepribadian muballigh yang langka lainnya. Yang dapat dan sempat saya terapkan di sini baru sebagian kecilnya saja. Namun cukup penting untuk kita perhatikan dan kemudian kita terapkan untuk efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar Al-Qur’an dan Al-Hadits yang menjadi tanggung jawab kita bersama. Nah, inilah tantangan yang menarik buat para muballigh, termasuk juga bagi para pengurus dan generus.
[S.Baiturrahman]
PROFIL KEPRIBADIAN MUBALLIGH YANG LANGKA
Reviewed by Unknown
Published :
Rating : 4.5
Published :
Rating : 4.5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar